"baru sekejap tadi, kaubilang bulan sedang berjaga-jaga di sebalik rambutku. Siapa mencari bulan? Tanyamu. Kaupandang ke kiri lalu menemui nasib sedang menangis di dalam mata orang-orang menyesal. Jarum jarum jam berubah menjadi selembar hujan, dan selalu basah di sela luka-luka kekal." Sebuah puisi itu persis pengantin. Anggun memakai gaun. Melangkah dari pinangan rindu masa lalu, menuju ke pelaminan masa depan dengan wajah cantik. Malam-malamnya dihiasi imaginasi, khayalan demi khayalan yang melekat di langit cinta. Lalu ketika matahari sedang memanjat di jendela pagi, jiwanya menggeliat mahu menikmati makna. Dijahit dengan untaian bentuk puisi prosa, gaun puisi inilah yang akan menjadi hikayat, ghairah dibacakan pencintanya.
No reviews found